MAKALAH
BAHASA
INDONESIA
ANALISIS SEMIOTIK A. TEEUW CERITA
RAMAYANA
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Surahmat
M.Aji Hartanto
2611413024
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kisah Ramayana, yang pengarang aslinya adalah
Walmiki - pujangga asal India - sudah mendarah daging - lebih tepatnya tidak
dapat dipisahkan - dari orang Indonesia, khususnya orang Jawa. Hal ini
disebabkan karena mayoritas masyarakat pada waktu itu beragama Hindu dan Budha.
Setelah muncul Islam masuk, cerita Ramayana dimanfaatkan oleh para wali untuk
berdakwah.
Dalam kisah ini menceritakan percintaan antara Prabu
Ramawijaya dengan Dewi Shinta. Tidak hanya itu, epos Ramayana ini bersinggungan
dengan kekuasaan, peperangan, kepahlawanan, keberanian, dll. Dalam mem-babar-kan kisah Ramayana, pembaca perlu
menafsirkan makna dalam teks Ramayana. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa
sastra, berikut kebudayaan yang ada mengiringi kisah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di
atas, permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimanakah analisis semiotik A.
Teeuw - kode bahasa, sastra, dan budaya - dalam cerita Ramayana?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulis yaitu mengetahui semiotik A.
Teeuw - kode bahasa, sastra, dan budaya - dalam cerita Ramayana.
SINOPSIS RAMAYANA
Negara
Ayodya makmur dibawah kepemimpinan Prabu Dasarata. Prabu Dasarata adalah
sesosok pemimpin yang cerdas dan sakti. Dalam pernikahannya dengan Dewi Raghu,
ia belum dikarunia momongan. Atas permintaan garwa permaisuri-nya, Prabu
Dasarata memiliki tiga garwa selir,
yakni Dewi Kekayi, Dewi Sumitra, dan Dewi Satrugna. Dari pernikahannya, beliau
dikaruniai empat orang anak yaitu Raden Ramawijaya, Raden Laksmana, Raden
Bharata, dan Raden Satrugna. Keempat putranya berwajah rupawan dan juga sakti.
Diceritakan,
diadakanlah sayembara oleh Prabu Janaka dari kerajaan Manthili. Prabu Janaka
bermaksud mencari menantu untuk putrinya yang cantik jelita – Dewi Shinta. Raden
Ramawijaya yang rupawan juga bijaksana mengikuti sayembara tersebut. Dalam
sayembara itu, Prabu Janaka mengatakan bahwa barang siapa mampu menang dalam menthang langkap (mengangkat gandhewa waja). Rama pun berhasil
memboyong Shinta ke negara Ayodya.
Atas
keberhasilan Rama memperistri Shinta, sang ayah – Prabu Dasarata – menyerahkan
kekuasaan Ayodya kepada Ramawijaya. Keinginan Dasarata pun dihalang-halangi
oleh Dewi Kekayi, garwa selir raja Ayodya itu. Keinginannya unutuk mengusir
Rama terwujud, Rama bersama Shinta dan Raden Laksmana hidup di Hutan Dhandhaka
selama 12 tahun.
Rama,
Shinta, dan Laksmana hidup di Dhandhaka penuh dengan aral melintang. Dengan
kebijaksanaan Rama, semua masalah yang ia hadapi dapat teratasi. Namun ada satu
peristiwa yang nantinya akan menyebabkan perang besar antara Raden Rama dan
Raden Dasamuka.
Raden
Dasamuka sangat mencintai Shinta – titisaning Dewi Widawati. Ia menghalalkan
berbagai cara untuk mendapatkan Dewi Shinta. Keinginannya untuk mendapatkan
Dewi Shinta pun terwujud. Dengan kelicikannya, ia menculik Dewi Shinta dengan
mengubah wujud menjadi nenek tua yang minta belas kasihan. Lingkaran ini dibuat
untuk melindungi Shinta agar tidak mendapatkan bahaya, mengingat Laksmana
diminta oleh Shinta untuk menyusul Rama. Shinta khawatir dengan Rama yang
dimintanya untuk mengejar kidang kencana (jelmaan Kala Marica) yang amat
cantik. Sekembalinya Rama dan Laksmana, Shinta sudah hilang.
Singkat
cerita, Rama mengetahui bahwa pepujaning
ati – Dewi Shinta – diculik oleh Dasamuka. Di tengah cerita Ia bersama
Laksmana dibantu oleh Sugriwa merebut kembali Shinta. Berbagai peperangan pun
tidak dapat dielakkan. Rama dibantu oleh Wibisana dsb merebut kembali Shinta.
Wadya bala Ngalengkadiraja
pun habis, hanya Raden Dasamuka yang tersisa. Akhirnya ia perang tandhing melawan Raden Ramawijaya. Karena Ramawijaya titisaning Bathara Wisnu, ia berhasil
mengalahkan Dasamuka dan merebut kembali Dewi Shinta. Untuk membuktikan
kesucian Shinta, Rama meminta Shinta untuk melakukan obong.
Memang sudah menjadi pepesthen jodho,
Shinta
tidak terbakar. Rama dan Shinta pun hidup bahagia di negara Pancawati dengan
dua orang putranya.
LANDASAN TEORETIS
Semiotik A. Teeuw
Teeuw
(1983:12) mengatakan bahwa pada proses membaca, dalam hal ini memberi makna
pada teks tertentu adalah proses yang memerlukan pengetahuan sisitem kode yang
cukup rumit, kompleks, dan beraneka ragam.
Ada
tiga buah kode yang harus dikuasai pembaca dalam memberi makna pada teks, yaitu
sebagai berikut.
1. Kode bahasa
Kode bahasa dapat dilihat pada penafsiran tata
bahasa dan kosakata yang dipakai oleh penulis. Kode bahasa tidak dapat berdiri
sendiri tanpa adanya pemahaman pada latarbelakang kebudayaan masyarakat
tertentu.
Pada karya sastra, bahasa sehari-hari dapat diberi
makna, misalnya dengan pemajasan. Pemajasan merupakan teknik pengungkapan
bahasa, penggayaanbahasa, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah
kata-kata yang mendukung, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang
tersirat (Nurgiyantoro 1994:296).
Bentuk-bentuk perbandingan (pemajasan) dalam karya
sastra adalah sebagai berikut.
a.
Hiperbola
Hiperbola
merupakan cara penuturan yang bertujuan menekankan maksud dengan sengaja
melebih-lebihkannya.
b.
Personifikasi
Personifikasi
merupakan gaya bahasa yang memberi sifat-sifat benda mati dengan
sifat-sifat yang dimiliki manusia
sehingga dapat bersikap dan bertingkah laku sebagaimana halnya manusia
(Nurgiyantoro 1994:299).
c.
Metafora
Nurgiyantoro
(1994:299) menyatakan bahwa gaya perbandingan yang bersifat tidak langsung dan
implisit.
d.
Simile
Menurut
Nurgiyantoro (1994:298), simile menyarankan pada perbandingan yang langsung dan
eksplisit. Biasanya menggunakan kata-kata tugas, seperti: seperti, bagai,
bagaikan, laksana, mirip, dsb.
e.
Sinisme
Majas
yang menyatakan sindiran secara langsung.
f.
Litotes
Majas
litotes adalah majas yang diguankan untuk mengecilkan kenyataan dengan tujuan
untuk merendahkan hati.
g.
Sinekdoke pars pro toto
Gaya
bahasa yang tergolong gaya pertautan, mempergunakan sebagian untuk menyatakan
keseluruhannya, disebut sinekdoke pars pro toto (Nurgiyantoro 1994:300).
h.
Sinekdoke totem pro parte
Nurgiyantoro
(1994:300) berpendapat bahwa sinekdoke totem pro parte merupakan gaya bahasa
yang mempergunakan keseluruhan untuk sebagian.
2. Kode sastra
Dalam pembacaan kode sastra, pembaca harus memberi
makna secara penuh pada urutan kata, pilihan kata, struktur kalimat, pemakaian
bunyi dan unsur tata bahasa. Dari sekian penilaian sastra tidak dapat
dipisahkan dari kode bahasa dan sastra.
Ragam atau aspek kode sastra menurut Teeuw
(1983:17).
a.
Kode sastra tidak bisa lepas dari kode
bahasa
Disini,
konvensi makna bahasa banyak menghalang-halangi kebebasan bergerak sehingga
perlu dihilangkan agar suatu teks lebih bebas.
b.
Bahasa dianggap sebagai kawan, bukan
lawan
Bahasa
sehari-hari merupakan sumber kekayaan sastra yang tidak habis digali (Teeuw
1983:18). Dalam bahasa sehari-hari yang tidak bermakna, dalam sastra akan
diberi makna. Sedangkan bahasa yang memiliki makna, akan memiliki makna yang
luar biasa.
c.
Sistem konvensi sastra tidak hanya
ditentukan oleh kemungkinan, kelonggaran, dan pembatasan yang diberikan oleh
sistem bahasa itu sendiri.
Sistem
konvensi bahasa menentukan sifat karya sastra. Konvensi ini diperlukan untuk
pemberian makna pada karya sastra. Jadi pemahaman perkembangan sastra dan
sejarah ditentukan oleh sistem konvensi sastra.
d.
Karya sastra merupakan dunia yang
otonom, tidak terikat pada dunia nyata dan tidak menunjuk pada dunia nyata,
kecuali melalui makna unsur bahasa yang dipakai didalamnya.
e.
Dunia rekaan yang dibangun berdasarkan
data bahasa karya sastra mempunyai relevansi, signifikansi.
f.
Konvensi universal truth, membicarakan masalah alur, plot sebuah tragedi.
Karya
sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mempunyai struktur yang konsisten dan
koheren, dimana setiap bagian merupakan unsur esensial dan menempati tempat
yang layak dan wajib.
3. Kode budaya
Kode budaya merupakan latarbelakang kebudayaan pada
tiap teks. Pengetahuan kode budaya ini dapat dilihat secara eksplisit maupun
implisit pada teks yang dibaca.
Berdasarkan
paparan Teeuw, penulis mengambil kesimpulan, dari ketiga kode tersebut di atas,
kode bahasa, sastra, dan budaya tidak dapat dipisahkan. Untuk memahami kode
budaya pada suatu karya sastra diperlukan pemahaman bahasa yang dipakai
penulis. Apalagi kode sastra dan kode bahasa. Keduanya biasa disebut kode
bahasa sastra yang saling terkait.
ANALISIS SEMIOTIK A. TEEUW
A. Kode Bahasa
1. Diksi
-
..., Ki Lurah Togog dan mBilung segera
mengambil langkah seribu.
# Mengambil langkah
seribu berarti segera melarikan diri.
-
Tetapi justru dialah yang hendak
menghabisi Paduka saat beristirahat.
# Kata menghabisi sama
artinya dengan membunuh.
-
Sang Prabu Dasarat mempunyai seorang garwa permaisuri, ..., sang dewi disebut
Kusumaning Ayu Dewi Ragu (Raghu).
# Garwa permaisuri dalam bahasa Jawa berarti istri pertama.
-
... Dewi Trijatha memang jodho pinasthi Kapi Jembawan!
# Dalam petikan kalimat
tersebut berarti Dewi Trijatha memang sudah ditakdirkan berjodoh dengan Kapi
Jembawan.
-
“Itulah cara saya untuk mikul dhuwur mendhem jero.”
# Mikul dhuwur mendhem jero merupakan ungakapn dalam bahasa Jawa yang
berarti menjunjung tinggi derajat orang tua.
-
Ragu masih belum terlihat tanda-tanda anggarbini.
# Anggarbini berarti hamil.
-
“Kanha Prabu!” ....
# Kanda Prabu adalah
panggilan untuk suami, dalam hal ini panggilan seorang permaisuri kepada raja
(suaminya).
-
Tapi jangan berbesar hati, ....
# Berbesar hati berarti
senang, lega.
-
... api identik dengan menghukum tanpa
pandang bulu kepada siapapun yang bersalah.
# Menghukum tanpa
pandang bulu, menghukum tanpa membeda-bedakan.
-
“..., maka saya hendak me-wisudha engkau sebagai ‘Pangeranpati’ Ngalengkadiraja! ....”
# Me-wisudha dalam bahasa Jawa berarti
diangkat menjadi ‘Pangeranpati’.
-
“.... Oleh karena itu, jika Kanda Prabu
hendak mengambil garwa selir, sungguh
hamba tidak keberatan, Kanda Prabu! ....
# Garwa selir sama artinya dengan selir. Memilki istri lagi tana
menceraikan garwa permaisuri.
-
Ketika Prabu Dasarata hendak meminang
Dewi Kekayi sebagai garwa selir, ....
# Meminang berarti
menikahi.
-
“Bagaimana
saya bisa mempercayaimu bahwa Yayi masih
dalam keadaan suci?”
# Maksud dari suci
adalah masih perawan, masih terjaga.
-
... Sang Prabu Dasarata memiliki putra
yang titising Bathara Wisnu ....
# Titising Bathara Wisnu berarti keturunan Bathara Wisnu.
-
..., lama-kelamaan naik pitam juga.
# Naik pitam berarti
marah besar.
-
..., ternyata ada udang dibalik batu!
# Ada udang di balik
batu merupakan peribahasa yang memiliki arti ada maksut/tujuan tertentu di
balik kebaikan yang diberikan.
-
... ujar Prabu Dasarat dalam pasewakan agung di Ayodya, ....
# Pasewakan agung berarti pertemuan besar.
-
.... yang mengisyaratkan tumuruning Wahyu Jatmika di madyapada.
# tumuruning Wahyu Jatmika di madyapada
berarti turunnya wahyu di dunia.
-
Setelah mendapat kesempatan menyatakan wigatining karsa, ....
# Wigatining karsa berarti keinginan yang sangat penting.
-
“Nuwun inggih sendika, Ramanda Prabu!”
....
# Perkataan di atas
biasa dihaturkan kepada raja yang berarti kesediaan lawan tutur untuk
menjalankan perintah raja.
-
segera tinggal glanggang colong playu.
# Tinggal glanggang colong playu berarti melarikan diri.
-
Namun, kebanyakan para raseksa itu tumpes tapis tanpa sisa!
# Tumpes tapis tanpa sisa berarti mati tak tersisa.
-
Setelah selesai ngemban jejibahan, ....
# Ngemban jejibahan berarti melaksanakan kewajiban.
-
Prabu Dasarata pun lukar busana keprabon, ....
# Lukar busana keprabon berarti berganti busana.
-
Tanggap
ing sasmita Dewi Ragu, ....
# Tanggap ing sasmita berarti tahu apa yang harus dilakukan tanpa
harus diminta atau disuruh.
-
Kedua satriya itu menyempatkan sowan terlebih dahulu ....
# Sowan biasa digunakan untuk menyebutkan bertamunya orang yang lebih
muda kepada orang yang lebih tua.
-
Saya memang telah mendengar kabar burung
dari para nayaka praja ....
# Kabar burung adalah
kabar yang masih simpang siur. Ditandai dengan burung yang selalu terbang
kesana-kemari.
-
... para Pujangga bahwa ‘sabda pandhita ratu tan kena molah-malih’!
....
# sabda pandhita ratu tan kena molah-malih’, ungkapan Jawa yang
memiliki makna amat dalam. Ungkapan ini memiliki arti bahwa perkataan
raja/pimpinan harus di-ugemi, selalu
berpegang teguh pada prinsipnya.
-
... tanpa mendapatkan wejangan dan gemblengan Ramanda Prabu?! ....
# Wejangan berarti nasihat.
-
Usai penobatan Prabu Bharata, Prabu
Dasarata segera manjing kedhaton
untuk beristirahat!
# Manjing kedhaton berarti masuk ke keraton.
-
..., Raja Ngalengkadiraja atau
Alengkadiraja yang diam-diam selalu gandrung
wuyung kepada Dewi Shinta.
# Dasamuka gandrung
wuyung kepada Dewi Shinta, berarti Dasamuka jatuh cinta kepada Dewi Shinta.
-
Ibaratnya, ‘abang-ijo’-ne rakyat dan Negara Ayodya berada di tangan kedua
satriya putra Prabu Dasarata itu!
# Abang yang berarti
mati, dan hijau hidup.
-
Dengan menyebar telik sandi ke berbagai
negara, ....
# Telik sandi berarti
mata-mata.
-
Seolah-olah kamu jinak-jinak merpati!
# Sikap yang
diibaratkan dengan merpati. Kadang ia mendekat dan kadang menjauh/terbang.
2. Majas
a) Hiperbola
-
Prabu Dasarata dikenal ratu sekti mandraguna jaya ing palagan (memiliki
kesaktian yang tak pernah kalah di medan perang), putus saliring ngelmu (menguasai berbagai macam ilmu); ngelmu kaprajan (...); ngelmu kaprajuritan (...), dsb.
-
... mendengarkan kata-kata Dewi Shinta seperti
itu bagaikan mendengar halilintar di siang bolong.
-
Kereta perang yang dikusiri Patih
Pulontani itu pun menjadi hancur lebur!
-
Sang Rahwana Raja benar-benar tak kuasa
menahan gelora api cinta yang ada didalam hatinya, ....
-
“ Jika tidak, tentu dunia seisinya
akan selalu menangis dan menjerit karena tak kuasa menyaksikan kejahatan
....”
-
... keadaan istrinya yang kuru aking menahan derita panjang
selama berada di Taman Soka Ngalengka.
-
Setelah sekian lama terbayang dalam
lamunan dan ratapannya, ....
-
Duka nestapa
makin dirasakan Prabu Dasamuka setelah mendengar kabar tewasnya adindanya yang
gagah perkasa, ....
-
..., terlihat kereta itu berjalan
dengan kencang dengan suara pating jalerit.
-
... Prabu Dasamuka berubah menjadi sawer maewu-ewu ....
-
Anak buah Narpati Sugriwa lari
tunggang langgang.
-
“Wibisana akan saya cincang-cincang
tubuhnya.”
-
... lantaran empat ahli nujum seperti kehabisan
nafas.
-
..., kini gilirannya menjadi mendung
hitam di atas Istana Ayodya.
-
..., di bawah kepemimpinan Prabu
Dasarata benar-benar gemilang, berada di puncak kejayaannya, harum
mewangi bagi para raja lain, dan dicintai para kawula dasih (...).
-
Dengan hati berbinar-binar, ....
-
Prabu Dasarata hanya bisa mengucurkan
air mata ....
-
Di saat situasi mencekam seperti
itu, ....
-
Dewi Shinta membakar diri di
tengah-tengah kobaran api yang mengalad-alad, ....
-
... Prabu Dasamuka tertawa
terkekeh-kekeh setelah berhasil menculik Dewi Shinta ....
-
Hal itu ditandai dengan sunaring jagad (...) terlihat sumeblak padhang njingglang!
-
Namun, kebanyakan para raseksa itu tumpes
tapis tanpa sisa!
-
..., mereka lebih memilih ambil langkah
seribu kembali ke negaranya, Ngalengka.
-
Nampaknya, kegelisahan panjang
Prabu Dasarata dapat terobati setelah terbetik suatu kabar ....
-
Di sana, ternyata telah berdatangan seribu
Narendra (raja) dari berbagai negara.
-
Tepuk tangan pun membahana serta
sorak sorai pun menggemuruh di alun-alun Mathilidirja seolah-olah
memenuhi ruang angkasa.
-
Ketahuilah ini adalah gandhewa ‘Kiai Bargawa’ yang
ampuhnya kagila-gila!
-
... tak ada satu orang pun yang mampu
mematahkannya.
-
... Raja Manthilidirja disambut gegap
gempita oleh Prabu Dasarata ....
-
..., maka kondisi kejiwaan Prabu
Dasarata menjadi tergoncang hebat; ....
-
Perjalanan ‘putra Ayodya’ itu diiringkan
tetesan air mata yang seolah tiada henti, ....
-
..., tetapi hanya isak tangis yang
terlihat menyesakkan dada! ....
-
Hanya wajah seorang ibu saja yang
terlihat berbinar-binar kegirangan ....
-
..., tetapi rasa perasaan bersalah itu
terus menghantuiku siang dan malam!
-
... Prabu Dasarata sudah tak tahan lagi
menghadapi rasa sakitnya yang telah menggerogoti tubuh dan jiwanya.
-
Sesekali,
para penonton pun saling surak
mawurakan ....
-
Tewasnya Dyan Indrajid tentu makin merobek-robek
hati Prabu Dasamuka!
-
Putra kesayangan telah sirna tertembus pusaka
....
-
..., Raja Ngalengka itu tetap seperti
meronta-ronta ....
-
... Raden Aswanikumba pun menjadi pecah
seketika dengan memuncratkan darah segar!
b) Personifikasi
-
..., di antariksa terlihat ndaru pating calorot rebut sorot
....
# Membandingkan antara manusia yang bisa berebut
sesutau dengan bulan. “ ... terlihat ndaru
pating calorot rebut sorot” berarti bulan yang sangat terang.
-
Perjalanan ‘putra Ayodya’ itu diriingkan tetesan air mata yang seolah
tiada henti, ....
# Kepergian putra Ayodya membuat sedih para rakyat
Ayodya.
-
... kendaraan atau jalan yang
mengantarkan keselamatan bagi sang bapa atau ayah.
# Jalan yang mengantarkan keselamatan maksudnya,
jalan kebaikan sehingga memberikan keselamatan untuk ayah.
-
Setelah keempat putra Prabu Dasarata
tersebut menginjak remaja, ....
# Kata menginjak remaja berarti saat mulai remaja.
-
..., anak panahnya tak henti-hentinya
menerjang kepala maupun dada para
yaksa!
# anak panahnya tak henti-hentinya menerjang kepala
maupun dada para yaksa berarti anak
panahnya selalu mengenai kepala maupun dada para
yaksa!
-
..., hati Prabu Dasarata diliputi suasana
duka cita yang menyayat hati!
# Maksud dari penggalan kalimat diatas adalah Prabu
Dasarata diliputi duka cita yang amat mendalam.
-
Tak tahunya Dewi Shinta pun melempar
pandang kepada calon suami, sehingga kedua mata itu pun saling bertemu,
saling menyapa, saling mengikat janji.
# Melempar pandang
berarti melihat. Dewi Shinta melihat calon suaminya tanpa sengaja saat pertama
kali bertemu.
-
..., hati Prabu Dasarata makin
tersendal.
# Hati makina tersendal, sama artinya dengan hati
yang semakin terluka.
-
Matahari pun selalu menyemarakkan
kehidupan dengan kehangatan, bahkan memberikan penerangan bagi
makhluk hidup di muka bumi.
# “Menyemarakkan”, hanya bisa dilakukan oleh
manusia. “Menyemarakkan” dalam kalimat ini berarti matahari memberikan
kehangatan bagi makhluk hidup di muka bumi.
-
... angan-angan yang diharapkan mampu
membuka cakrawala diri secara istiqomah.
# Angan-angan yang mampu membuka cakrawala diri
berarti angan-angan yang dapat membuat diri sendiri istiqomah.
-
..., terlihat kereta itu berjalan
dengan kencang dengan suara pating jalerit.
# Suara kereta pating
jalerit maksudnya suara kereta yang amat keras, memekakan telinga.
c) Metafora
-
... wadya wanara bersorak kegirangan
karena telah mendapatkan kemenangan secara gemilang.
# Mendapatkan kemenangan yang gemilang berarti
kemenangan besar.
-
Semua hingar bingar dan larut dalam
suasana pesta kebahagiaan yang sedang dirasakan ....
# Larut dalam suasana pesta, yakni menikmati pesta
kebahagiaan.
-
Dengan hati berbinar-binar, ....
# Hati yang berbinar-binar berarti senang.
-
... kami semua masih menyimpan dendam
kesumat ....
# Menyimpan dendam kesumat berarti memiliki dendam.
-
..., maka dari mulutnya seperti
terdengar suara mengerang kesakitan secara lamat-lamat!
# Suara mengerang kesakitan berarti suara rintihan
kesakitan.
-
... di Hutan Dhandhaka menyambut ‘putra raja’ Ayodya itu dengan hangat.
# Menyambut dengan hangat, menyambut dengan ramah.
-
... Yayi
Laksmana menaruh hati kepada istri kakaknya sendiri!
# Menaruh hati disini berarti Yayi Laksmana jatuh cinta kepada istri kakaknya sendiri.
-
Nampaknya, kegelisahan panjang Prabu
Dasarata dapat terobati setelah terbetik suatu kabar ....
# Terbetik suatu kabar berarti mendapatkan kabar.
-
Dalam benaknya ia terus ngompori
kepada Dewi Shinta ....
# Ngompori
yang merupakan benda untuk memasak diasumsikan dengan keinginan. Maksudnya
keinginan yang besar untuk memanas-manasi.
-
..., semoga Tuan bisa mengobati
kerinduan saya kepada Raden ....
# Mengobati biasanya dipasangkan dengan penyakit.
Kerinduan dianggap sebagai penyakit yang perlu disembuhkan.
-
... Rama lagi-lagi berusaha
mendinginkan suasana hati ayahandanya, ....
# Mendinginkan suasana hati berarti meredakan amarah
ayahandanya.
-
... dan menerima kenyataan semua ini
dengan berbesar hati.”
# Berbesar hati dalam bahasa Jawa legawa, ikhlas.
-
Semua ini merupakan kenangan manis yang
tak bisa dilupakan begitu saja.
# Kenangan manis berarti kenangan indah.
-
..., tetapi rasa perasaan bersalah itu
terus menghantuiku siang dan malam!
# Menghantui siang dan malam adalah selalu
terbayang-bayang atas kesalahan yang telah diperbuat.
-
... jabang bayi mungil perempuan; wajahnya
bercahaya ....
# Wajah yang bercahaya adalah wajah yang bersih,
memancarkan kebaikan.
-
... istri Dewi Shinta serta para saudara
disambut secara hangat oeh para ibu Ayodya ....
# Disambut secara hangat ebrarti disambut dengan
ramah.
-
... hati yang bersih atau suci,
sehingga memantulkan keindahan dan kedekatan dengan Gusti Kang Akarya
Jagad.
# Hati yang bersih atau suci akan memantulkan
keindahan, maksudnya orang yang berhati baik akan terlihat indah.
-
Kedua ksatria tersebut digiring ke
alun-alun Ngalengka untuk menjalani adu prang
tandhing tiyasa ....
# Digiring yang biasanya digunakan untuk hewan, pada
konteks ini disejajarkan dengan ksatria. Maksudnya diajak ke alun-alun.
-
“... maka saya pun bisa bertindak
keras kepada Kakang Anoman.”
# Bertindak keras berarti bertindak kasar.
-
“... jangan diambil hati sikap
putra hamba, ...”
# Jangan diambil hati, maksudnya jangan dipikirkan,
dirasakan.
d) Simile
-
..., karena para putranya sangat
tampan-rupawan bagaikan bulan purnama.
# Kalimat di atas memiliki makna bahwa
putra-putranya sangat tampan layaknya bulan pernama yang sangat terang.
-
“Wah... kata-katanya seperti gludhug di siang bolong! ....
# Kata-katanya yang keras seperti halilintar.
-
..., ibaratnya ‘pucuk dicinta
ulam tiba’, ....
# Pucuk dicinta ulam pun tiba, peribahasa yang
memiliki makna sesuatu yang diharapkan dapat terwujud.
-
... Raden Rama dan Dewi Shinta ... bak
pahlawan yang baru saja memenangkan pertempuran.
# Cuplikan kalimat di atas memiliki makna kerasnya
usaha Raden Rama dan Dewi Shinta dapat terbayar. Layaknya menang dalam
pertempuran sengit.
-
Wajah-wajah mereka seperti benang
kusut, kucem, bahkan seperti
tak beraura lagi.
# Wajah seperti benang
kusut berarti wajahnya amat kusam.
-
... mendengarkan kata-kata Dewi Shinta seperti
itu bagaikan mendengar halilintar di siang bolong.
# Perkataan Dewi Shinta amat mengagetkan, seperti
halilintar.
e) Sinisme
-
“..., jangankan manusia biasa, sedang
Dewa saja belum tentu bisa ngasorake
yudane!”
# Mengejek seseorang
yang dianggap sangat lemah karena kuatnya lawan.
-
“... Prabu Dasamuka saja berguru kepada
ayahandaku, lalu apakah setimbang engkau berdua dengan kesaktianku?”
# Sugriwa meremehkan
kekuatan kedua putra Prabu Dasamuka. Guru lebih hebat daripada muridnya.
-
“..., hadapilah aku secara kesatria!”
# Penutur merasa lebih
hebat dan lawan ditantang untuk menghadapinya.
-
... ”betapa bodoh dan dungunya diri saya
ini!
# Penutur merendahkan
diri sendiri dengan menganggap dirinya bodoh dan dungu karena tidak dapat
memenuhi permintaan mitra tutur
-
Wajah-wajah mereka seperti benang kusut,
kucem, bahkan seperti tak beraura
lagi.
# Wajah para rakyat Ayodya
sangat kusam hingga terlihat seperti benang kusut.
-
“Apakah engkau tidak menyadari bahwa
drajad-mu yang hanya sebagai batur
atau cantrik tidak setimbang dengan Dewi
Trijatha ....
# Sugriwa mengatakan
bahwa Kapi Jembawan yang hanya sebagai batur
tidak pantas mendapatkan Dewi Trijatha, putri Raden Wibisana.
-
“... Tapi ketahuilah bahwa hidupmu di
madyapada ini tidak lama lagi!”
# Dasamuka merasa bahwa
ia akan memenangkan pertarungan melawan Ramayana, dan Ramayana akan mati.
-
“... Mana mungkin Dewi Shinta akan
berkenan menerima seorang yang tidak ksatria seperti itu?”
# Dewi Trijatha
mengatakan cuplikan di atas kepada Dasamuka. Dasamuka dianggap tidak ksatria
karena tidak berani melawan Rama dengan berperang.
-
“Ternyata dua orang kembar putra
Kumbakarna ini masih punya nyali juga!”
# Ketika naik pitam,
Dasamuka marah kepada putra Kumbakarna yang baru menampakkan batang hidungnya.
f) Litotes
-
“Sedang kondisiku sendiri sudah tak
berdaya seperti ini.”
# Penutur merendahkan
dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa ia sudah kehabisan tenaga.
-
..., ia seolah tak berdaya melihat
kenyataan ....
# Penutur mengatakan bahwa ia tidak bisa melihat
kenyataan pahit yang ada didepannya.
-
“Bagaimana
mungkin hamba bisa mengawini Dewi Trijatha ..., sedang hamba hanyalah wanara seperti ini?!”
# Anoman merasa tidak
pantas mendapatkan Dewi Trijatha, putri Raden Wibisana. Ia merasa Anoman hanya
wanara.
-
“... perkenankanlah saya memberikan
sesuatu yang barangkali akan bermanfaat dalam kepemimpinan Yayi Prabu.”
# Penutur merendahkan
pemberiannya yang berupa jemparing kepada
Prabu Ramayana. Jemparing tersebut sebenarnya sangat sakti.
g) Sinekdoke pars pro toto
-
Karena yang dicarinya tidak terlihat
batang hidungnya, ....
# Batang hidung berarti
orangnya.
h) Sinekdoke totem pro parte
-
“ Jika tidak, tentu dunia seisinya akan
selalu menangis dan menjerit karena tak kuasa menyaksikan kejahatan ....”
# Dalam cuplikan
kalimat diatas, terdapat kata “dunia seisinya” yang berarti rakyat Ayodya.
B. Kode Sastra
1. Setting
-
Negara Ayodya dikenal sebagai negara
yang tata tentrem karta raharja (aman
tentram lagi makmur), jembar jajahane
(luas daerah kekuasaannya), dan adoh
prabawane (besar pengaruhnya).
# Menggambarkan negara
Ayodya yang aman tentram lagi makmur, luas daerah kekuasaannya, dan berpengaruh
besar terhadap negara-negara lain.
-
Prabu Dasarata pun lukar busana keprabon
lalu dengan pakaian santai merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur ....
# Menggambarkan Prabu
Dasarata yang memikirkan sesuatu kemudian istirahat di tilam rum (tempat tidur).
-
Sementara, di Manthilidirja itu telah
terpampang panggung tinggi, ....
# Digambarkan suasana
lapangan tempat berlangsungnya sayembara yang diadakan Raden Janaka. Sayembara
yang ditujukan untuk mencari menantu (suami Dewi Shinta) diikuti ribuan peserta.
-
..., hanya saja ekspresi wajahnya
terlihat sedih yang amat mendalam: ....
# Menggambarkan
kesedihan Prabu Dasarata karena ditinggal oleh putranya, Ramayana.
-
Seperti suasana di malam hari yang
gelap, remang-remang, sunyi senyap yang menggambarkan kesedihan ....
# Kesedihan Prabu
Dasarata yang amat dalam karena Ramayana hidup di belantara. Hal ini disebabkan
oleh janji Dasarata kepada Dewi Kekayi akan menjadikan Raden Bharata menjadi
raja di Ayodya.
-
Dewi Shinta terlihat keluar dari padhepokan-nya seraya melihat kesana-kemari,
....
# Dewi Shinta panik,
mencari-cari Rama yang tak kunjung datang.
-
..., akhirnya Pancawati menjadi negara
besar, adil-makmur, gemah ripah loh jinawi, karta tur raharja.
# Menggambarkan negara
Pancawati yang makmur dan tentram atas kepemimpinan Prabu Ramawijaya.
2. Alur
Alur
cerita Ramayana dalam buku “Ramayana” karangan Wawan Susetya adalah alur maju.
Alur maju dapat ditunjukkan dengan penceritaan yang terus maju, mulai dari
Prabu Dasarata bertahta di Ayodya sampai Prabu Ramayana dan Dewi Shinta bersatu
kembali.
Pada
kejayaan Prabu Dasarata, beliau mendapatkan momongan dari Dewi Raghu, Prabu
Ramayana – titisaning Bathara Wisnu. Raden Ramayana berjuang melawan hawa
nafsu, menghadapi berbagai rintangan. Rintangan yang paling besar adalah ketika
ia harus melawan Prabu Dasamuka, raja negara Ngalengka merebut Dewi Shinta yang
telah diculik Dasamuka. Dan pada akhirnya Dewi Shinta dan Prabu Rama hidup
bahagia, keduanya menjadi simbol cinta sejati.
3. Tema
Tema
yang diangkat dalam cerita Ramayana adalah tema
percintaan. Dibawah ini dijelaskan cuplikan-cuplikan cerita yang
menggambarkan adanya tema percintaan.
-
“.... Oleh karena itu, jika Kanda Prabu
hendak mengambil garwa selir, sungguh
hamba tidak keberatan, Kanda Prabu! ....
# Bukti cinta seorang garwa permaisuri kepada sang suami. Dewi
Raghu mengizinkan Prabu Dasarata memiliki garwa
selir agar memberikan keturunan.
-
Raden Rama kemudian menyempat melirik ‘putri sekar kedhaton’ .... Tak tahunya
Dewi Shinta pun melempar pandang kepada calon suami, sehingga kedua mata itu
pun saling bertemu, saling menyapa, saling mengikat janji.
# Kalimat diatas
menunjukkan ketertarikan Rama ketika pertama kali melihat Dewi Shinta. Begitu
pula dengan Dewi Shinta yang menaruh hati pada Raden Rama.
-
“Apakah kanda sudah lupa bahwa di antara
kita sudah menjadi suami-istri, pasanga sehidup-semati! ..., betapa pun
beratnya, hamba akan tetap mendampingi Kanda Rama. ....”
# Dari penggalan
kalimat yang diucapkan Dewi Shinta menunjukkan kecintaan dan kesetiaan seorang
istri terhadap suami. Dewi Shinta akan selalu mendampingi Raden Rama sampai
kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun.
-
Lebih-lebih keadaan Prabu Dasarata makin
hari makin memprihatinkan semenjak kepergian putra kesayangannya, ....
# Kesedihan Prabu
Dasarata atas kepergian Raden Rama menunjukkan kecintaan seorang ayah terhadap
buah hatinya.
-
..., Raja Ngalengkadiraja atau
Alengkadiraja yang diam-diam selalu gandrung
wuyung kepada Dewi Shinta.
# Kata gandrung wuyung menunjukkan bahwa Raja
Ngalengkadiraja – Prabu Dasamuka – jatuh hati dengan Dewi Shinta.
-
“... Raden Laksmana sedang langen asmara dengan tuan hamba ....”
# Langen asmara berarti memadu kasih. Dikonteks ini, Raden Laksmana –
jelmaan Kapi Jembawan – dan Dewi Trijatha memadu kasih di keputren.
-
... saya telah sakit branta! ..., semoga Tuan bisa mengobati
kerinduan saya kepada Raden ....
# Dalam teks diatas menyiratkan kerinduan Dewi
Shinta kepada suaminya, Raden Ramawijaya.
4. Penokohan
a)
Prabu Dasarata
-
Prabu Dasarata dikenal ratu sekti mandraguna jaya ing palagan
(memiliki kesaktian yang tak pernah kalah di medan perang), putus saliring ngelmu (menguasai
berbagai macam ilmu); ngelmu kaprajan (...);
ngelmu kaprajuritan (...), dsb.
# Prabu Dasarata
dikenal sebagai raja yang sakti dan menguasai berbagai ilmu.
-
... Prabu Dasarata juga selalu mungkul marga agama (...), mumpuni ing sastra (...), serta ulah kasarjanan (...).
# Prabu Dasarata adalah
pribadi yang patuh dalam agama, menguasai kesusastraan, dan cerdas.
b)
Ramayana
-
... Dewi Ragu melahirkan seorang putra
yang pekik ing warna.
# Dewi Ragu melahirkan
seorang anak laki-laki – Raden Rama – yang rupawan.
-
“... bukan tahta dan kedudukan tinggi
yang hamba pikirkan, tetapi hamba lebih tertantang untuk memayu hayuning bawana, Ramanda!”
# Ramayana memiliki
watak pengayom. Ia tidak memikirkan
tahta dan jabatan, Rama hanya ingin menjaga, melestarikan, dan memakmurkan
bumi.
-
... Raden Rama telah berjanji kepada
kepada Ibunda Dewi Kekayi ..., maka ia tidak serta merta tertarik begitu saja iming-iming saudaranya.
# Raden Ramayana selalu
menepati janji, tidak mudah tergoda dengan iming-iming
yang dberikan saudara-saudaranya.
-
Meski demikian, Raden Rama akhirnya
memberikan jawaban bijak kepada Prabu Bharata.
# Raja Pancawati ini
bijak dalam mengambil keputusan.
-
“Biarlah dia membuktikan kesetiaan dan
kesuciannya dengan cara obong!”
# Rama tidak mudah
percaya dengan perkataan orang lain, meskipun dengan istrinya sendiri.
c)
Dewi Shinta
-
... Dewi Shinta yang terkenal sulistya ing warna (cantik jelita).
# Dewi Shinta adalah
wanita yang cantik jelita.
-
“Apakah kanda sudah lupa bahwa di antara
kita sudah menjadi suami-istri, pasangan sehidup-semati! ..., betapa pun
beratnya, hamba akan tetap mendampingi Kanda Rama. ....
# Dewi Shinta adalah
istri yang sangat setia terhadap suami. Ia bersedia menemani suami kapan pun.
-
... Dewi Shinta mempersiapkan daun sirih
dan enjet serta makanan untuk nenek
tua yang tak lain Prabu Dasamuka.
# Dewi Shinta senang
menolong dan pemurah.
-
Dengan ketulusan, ia justru mendekati
nenek tua ....
# Putri Janaka ini
tulus dalam menolong orang lain.
d)
Dewi Kekayi
-
Diam-diam, Dewi Kekayi merasa berbangga
diri bahwa dirinyalah gambaran seorang ibu yang paling baik di dunia.
# Dewi Kekayi, garwa selir Prabu Dasarata yang sombong.
e)
Raden Wibisana
-
Raden Wibisana, ksatria yang
berpandangan lurus dan jujur.
# Raden Wibisana cerdas
dan jujur.
f)
Kidang kencana
-
Bulunya yang berwarna keunguan menambah
daya tariknya tersendiri.
# Kidang kencana indah
dengan bulu ungunya.
g)
Prabu Dasamuka
-
... Prabu Dasamuka segera menyamar
sebagai seorang nenek tua yang minta makanan ....
# Prabu Dasamuka orang
yang licik.
C. Kode Budaya
-
“.... Sebab, bagaimana pun juga, Kanda
Prabu diharapkan memiliki keturunan sebagai penerus tahta Ayodya kelak!”
# Nilai budaya yang ada
dalam teks adalah bahwa seorang raja harus memiliki keturunan anak laki-laki
dari garwa permaisuri agar bisa
mewariskan tahtanya.
-
..., Prabu Dasarata ... mempersiapkan
semua ubarampe untuk melaksanakan Sesaji Aswamedha.
# Sesaji Aswamedha
dilaksanakan untuk mendapatkan momongan
laki-laki dengan memberikan penghargaan dan membagi-bagikan rezeki kepada
rakyat Ayodya.
-
Padahal, bagi seorang calon raja, ia
harus memiliki istri terlebih dahulu!
# Kewajiban seorang
anak raja agar bisa menggantikan tahta sang ayah harus beristri.
-
Konon kabarnya, ...: “Barangsiapa yang
mampu menthang langkap Negeri
Manthilidirja, maka dialah yang berhak memboyong Dewi Shinta, ....
# Pada zaman dahulu
biasanya diadakan sayembara untuk mencari calon suami anak raja. Para peserta
sayembara bukanlah rakyat biasa, namun juga kerabat keraton.
-
“ Nuwun inggih sendika dhawuh, Ramanda
Prabu. ...”
# Budaya dalam keraton
yaitu ketika para praja mendapat perintah dari raja, maka mereka akan
mengatakan, “Nuwun inggih sendika dhawuh”.
-
Dan, karena Ananda Rama adalah lahir
dari permaisuri Dewi Ragu serta ia yang paling tua di antara kalian semua, maka
sudah sepantasnyalah jika Ananda Rama-lah yang kelak menggantikan tahta
ayahanda.
# Dalam keraton, orang
yang berhak menduduki tahta raja adalah anak laki-laki tertua dari garwa permaisuri.
-
... para abdi dalem keputren melempar-lemparkan berbagai macam bunga yang
harum mewangi sebagai ungkapan kasih sayang dan penghormatan kepada sang
pangeran.
# Penaburan bunga di
lingkungan keraton digunakan untuk menyambut kedatangan pangeran.
-
..., maka Raden Rama beserta Dewi Shinta
segera menghadap Prabu Janaka untuk meminta izin memboyong istrinya ke Ayodya.
# Budaya pada zaman
dulu sama dengan budaya sekarang ini. Setelah menikah, sang pengantin putri diboyong ke rumah mertua (pengantin
laki-laki).
-
..., maka Prabu Janaka segera mengadakan
acara prosesi pernikahan ... dengan pesta tujuh haru tujuh malam.
# Selama tujuh hari
tujuh malam, para raja biasa merayakan pesta pernikahan putranya. Hiburan yang
disajikan pun beraneka ragam.
-
... para Pujangga bahwa ‘sabda pandhita ratu tan kena molah-malih’!
....
# ‘sabda pandhita ratu tan kena molah-malih’, ungkapan Jawa yang
bermakna dalam. Seorang raja tidak boleh mencla-mencle,
ngugemi apa yang telah dikatakan.
-
...
Raden Laksmana mengucapkan sumpah sebagai wadat; yakni tidak menjalani pernikahan seumur hidup! ... tetapi
juga dibuktikan dengan memotong kemaluannya sendiri!
# Sumpah (wadat) diucapkan oleh Raden Laksmana
sebagai bukti kesungguhannya bahwa ia tidak ingin memiliki Dewi Shinta.
-
“Keinginanmu ingin ruwat menjadi manusia tidak bisa!”
# Budaya ruwat diartikan pembersihan diri dari
segala sesuatu yang buruk. Ruwatan
biasanya dengan ritual tertentu, misalnya menggelar wayang kulit. Ruwat pada konteks ini keinginan wanara agar bisa menjadi manusia biasa.
-
... Raden Wibisana berusaha menggagalkan
perkawinan antara ayah dengan putrinya sendiri.
# Dalam cuplikan kalimat di atas,
makna yang terkandung adalah haram hukumnya seorang ayah menikahi anak
perempuannya. Raden Wibisana berusaha menggagalkan keinginan Prabu Dasamuka.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
analisis semiotik di atas dapat disimpulkan, dalam membaca cerita Ramayana
karangan Wawan Susetya diperlukan pemahaman yang mendalam. Dalam teks cerita
ini bahasa yang digunakan bukanlah
bahasa sehari-hari. Adapun kode-kode yang harus dipahami pembaca meliputi kode
bahasa (pemajasan dan diksi), kode sastra (alur, tema, penokohan, dan setting),
dan kode budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Susetya,
Wawan. 2007. Ramayana. Yogyakarta:
Narasi.
Teeuw,
A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra.
Jakarta: Gramedia.