DARMAGANDHUL
Darmagandhul, karya sastra Jawa
klasik, berbahasa Jawa baru, berbentuk puisi tembang macapat, bernafaskan Islam
dan berisi ajaran tasawuf atau mistik. Suluk ini ditulis oleh Ki Kalamwadi,
waktu penulisan hari sabtu legi, 23 ruwah 1830 Jawa. Amanat ajaran dalam teks
dituangkan dalam bentuk dialaog antara Ki Kalamwadi dengan Darmagandhul, isi
teks menceritakan jatuhnya kerajaan Majapahit karena serbuan tentara Demak
Bintara yang dibantu para wali.
Ki Kalamwadi berguru kepada Reden
Budi, sementara Raden Budi mempunyai murid bernama Darmagandhul. Darmagandhul
menanyakan kepada gurunya mengenai kapan agama Islam itu datang di pulau Jawa.
Ki Kalamwadi menjawab bahwa pada zaman Majapahit saat pemerintahan Prabu
Brawijaya, permaisuri Prabu Brawijaya membujuk agar beliau beralaih ke agama
Islam. Sayid Rahmat atau Sunan Bonang, kemenakan permaisuri Prabu Brawijaya
yang berasal dari Campa, diberi tanah di Tuban dan diizinkan untuk menyebarkan
agama Islam. Daerah penyebarannya sepanjang pantai utara Jawa, mulai dari
Blambangan sampai Banten. Kemudian datanglah Raden Patah, yakni putra Prabu
Brawijaya yang lahir di tanah Palembang, yang diberi tanah Demak dan sebagai
adipati, juga diizinkan menyebarkan agama Islam. Penyebaran agama Islam yang
dilakukan oleh Sunan Bonang di daerah Kediri mendapatkan tantangan dari Ki Buta
Locaya penguasa di daerah tersebut. Kemudian Sunan Bonang menuju ke desa Bogem,
dan merusak arca kuda berkepala dua karya Prabu Jayabaya. Perusakan arca
tersebut mendapatkan tentangan Ki Buta Locaya yang mendesak agar Sunan Bonang
pergi dari daerah itu. Patih Gajah Mada menghadap Prabu Brawijaya dan
memberitahukan bahwa tanah Kertasana rusak akibat perbuatan Sunan Bonang.
Akhirnya, Prabu Brawijaya memerintahkan agar mengusir kaum Islam dari daerah
Majapahit, kecuali kaum muslimin yang tinggal di Ngampelgading dan Demak, Sunan
Bonang dan Sunan Giri menyingkir ke Tuban dan berlindung ke Demak.
Perlawanan antara pasukan Prabu
Brawijaya dengan Sultan Demak , dalam pertempuran sengit itu tentara Majapahit
hancur, Gajah Mada gugur di medan laga. Kemudian orang-orang Majapahit yang
takluk kepada Demak diperintahkan masuk agama Islam. Akhirnya Sultan Patah yang
didukung oleh para wali pergi ke Ngampeldenta untuk menghadap neneknya.
Neneknya Nyai Ngampeldenta sangat menyesal perbuatan yang dilakukan oleh Sultan
Patah dalam melawan ayahnya.
Ia mempermasalahkan Sultan Patah
beserta para wali yang tidak baik misalnya budi kepada Prabu Brawijaya. Ia
memberikan beberapa contoh yang tidak baik misalnya kejadian di Mesir yang
dialami Nabi Daud, perebutan kekuasaan yang dilakukan Prabu Dewatacengkar
terhadap ayahnya, Prabu Sindhula dan peristiwa Prabu Danapati raja Lokapala
melawan ayahnya, Sang resi Wisrawa.
Contoh-contoh tersebut merupakan
permusuhan antara anak melawan ayahnya, seperti halnya yang dilakukan oleh
Sultan Patah terhadap Prabu Brawijaya. Dengan adanya penjelasan dari neneknya
tadi, maka Sultan Patah sangat sedih dan menyesal atas segala perbuatannya.
Ahkirnya Sunan Kalijaga diutus untuk mencari Prabu Brawijaya dan memohon
kepadanya agar bersedia kembali menjadi raja Majapahit. Sekembalinya Sultan
Patah ke Demak di sambut dengan gembira. Ia menceritakan hal itu kepada Sunan
Bonang, akhirnya Sunan Bonang memberikan penjelasan secara panjang lebar bahwa
perlawanannya terhadap ayahnya itu tidak berdosa, karena ayahnya seorang kafir.
Sunan Kalijaga menjumpai Prabu
Brawijaya di Blambangan untuk menyampaikan tugasnya. Karena kepandaian Sunan
Kalijaga maka bersedialah Prabu Brawijaya kembali ke Majapahit. Ia sangat
tertarik atas keterangan Sunan sehingga prasangka buruk akan agama Islam
sedikit banyak hilang. Bahkan ia bermaksud untuk masuk agama Islam secara lahir
maupun batin.
Penyebaran agama Islam terhadap
punakawan Prabu Brawijaya, yakni Sabdapalon dan Nayagenggong, yang berakhir
dengan penolakan ( tidak berhasil ) Sabdapalon menilai bahwa Prabu Brawijaya
telah menyimpang dari para pendahulunya yang melestarikan agama Budha. Sunan
Kalijaga berusaha menghibur hati Prabu Brawijaya utuk bahwa ajaran agama Islam
itu baik dan diridhoi Tuhan. Sunan bersabda bahwa air telaga itu berbau wangi,
dan terjadilah demikian. Setelah selama seminggu dalam perjalanan yang melewati
Panarukan, Besuki dan Prabalingga akhirnya sampailah di Ngampeldenta.
Jatuhnya Kerajaan Majapahit atas
serangan Demak yang dilukiskan secara simbolis. Darmagandhul juga minta
penjelasan tentang agama Nasrani yang kemudian dijelaskan oleh Kalamwadi.
Disebutkan bahwa agama Nasrani itu dibawa oleh Nabi Ngisa, Putra Tuhan.
Dijelaskan pula, bahwa sebenarnya Sultan Demak merasa menyesal atas
penyerbuannya ke Kerajaaan Majapahit. Ia merasa berdosa melawan ayahnya. Bahkan
ia merasa pula bahwa pengangkatannya sebagai Sultan Demak itu juga dari
ayahnya. Akan tetapi semuanya telah terjadi, maka Sultan Demak dengan bersedih
hati kembali ke Demak. Darmagandhul menguraikan tentang sebab-sebab Nabi Adam
dan Ibu Kawa turun dari surga terkena marah Tuhan. Darmagandhul tidak
mengetahui bagaimana pandangan kitab Jawa tentang Nabi Adam itu. Ki Kalamwadi
menjelaskan bahwa orang Jawa tidak mempunyai kitab yang menceritakan tentang
pengusiran Tuhan terhadap Nabi Adam dan Ibu Kawa itu. Kitab yang menjadi
pegangan raja hanyalah Manikmaya. Darmagandhul juga menguraikan pendapatnya
bahwa baginda, baik agama itu harus konsekuen mengerjakan peraturan yang ada di
dalamnya. Namun, yang paling baik bagi orang Jawa adalah agama Budi, sebab
agama Budi telah dianut sejak dahulu kala.
Perbedaan agama Islam, Nasrani, Cina
dan Jawa. Ki Kalamwadi mencela orang yang naik haji ke Mekah dengan
mengharapkan kelak masuk surga. Konon ada anggapan bahwa yang datang naik haji
ke Mekah dan mencium kakbah akan terhapus dosanya dan nantinya masuk surga. Hal
itu itu tidaklah benar. Orang akan masuk surga apabila dirinya bersih.
Perbedaan adanya utusan dan kitab yang menjadi pegangan itu berbeda. Kalamwadi
menjawab bahwa itulah kebebasan yang diberikan Tuhan agar manusia memilih agama
yang menjadi kesenangannya. Meskipun demikian, agama Budi bagi orang Jawa tetap
lebih tinggi dan sesuai.
Kalamwadi membentangkan ajaran itu
kepada istrinya, Perjiwati, mengenai hal keutamaan dalam hidup dan mengenai
ajaran perkawinan. Bekal perkawinan itu bukannya rupa dan harta akan tetapi
hati. Perkawinan diibaratkan sebagai galah dan kemudi, yang masing-masing harus
sejalan. Diuraikan pula mengenai 4 kemuliaan, yaitu: (1) kemuliaan yang lahir
dari diri sendiri, (2) yang lahir dari harta benda pemilik, (3) kemuliaan
karena kepandaiannya, (4) kemuliaan karena pengetahuannya. Generasi sekarang
tidak boleh meremehkan generasi pendahulunya (orang kuna).
Menurut Ki Kalamwadi disebutkan
bahwa bekas kerajaan Prabu Brawijaya tidak terletak di Kediri, akan tetapi
terletak di Daha. Akhir kehidupannya, Prabu Jayabaya muksa diiringkan oleh
Patih Tunggulwulung dan Nimas Ratu pagedhongan. Tunggulwulung diperintahkan
menjaga Gunung Kelud sedangkan Nimas ratu Pegendhongan menjadi raja jin
penguasa laut selatan dengan gelar Ratu Angin-Angin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar