Rabu, 26 November 2014

analisis novel tewwu


MAKALAH
BAHASA INDONESIA
ANALISIS SEMIOTIK A. TEEUW CERITA RAMAYANA

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Surahmat


M.Aji Hartanto
2611413024



UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kisah Ramayana, yang pengarang aslinya adalah Walmiki - pujangga asal India - sudah mendarah daging - lebih tepatnya tidak dapat dipisahkan - dari orang Indonesia, khususnya orang Jawa. Hal ini disebabkan karena mayoritas masyarakat pada waktu itu beragama Hindu dan Budha. Setelah muncul Islam masuk, cerita Ramayana dimanfaatkan oleh para wali untuk berdakwah.
Dalam kisah ini menceritakan percintaan antara Prabu Ramawijaya dengan Dewi Shinta. Tidak hanya itu, epos Ramayana ini bersinggungan dengan kekuasaan, peperangan, kepahlawanan, keberanian, dll. Dalam mem-babar-kan kisah Ramayana, pembaca perlu menafsirkan makna dalam teks Ramayana. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa sastra, berikut kebudayaan yang ada mengiringi kisah ini.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimanakah analisis semiotik A. Teeuw - kode bahasa, sastra, dan budaya - dalam cerita Ramayana?

C.    Tujuan
Adapun tujuan penulis yaitu mengetahui semiotik A. Teeuw - kode bahasa, sastra, dan budaya - dalam cerita Ramayana.




SINOPSIS RAMAYANA

Negara Ayodya makmur dibawah kepemimpinan Prabu Dasarata. Prabu Dasarata adalah sesosok pemimpin yang cerdas dan sakti. Dalam pernikahannya dengan Dewi Raghu, ia belum dikarunia momongan. Atas permintaan garwa permaisuri-nya,  Prabu Dasarata memiliki tiga garwa selir, yakni Dewi Kekayi, Dewi Sumitra, dan Dewi Satrugna. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai empat orang anak yaitu Raden Ramawijaya, Raden Laksmana, Raden Bharata, dan Raden Satrugna. Keempat putranya berwajah rupawan dan juga sakti.
Diceritakan, diadakanlah sayembara oleh Prabu Janaka dari kerajaan Manthili. Prabu Janaka bermaksud mencari menantu untuk putrinya yang cantik jelita – Dewi Shinta. Raden Ramawijaya yang rupawan juga bijaksana mengikuti sayembara tersebut. Dalam sayembara itu, Prabu Janaka mengatakan bahwa barang siapa mampu menang dalam menthang langkap (mengangkat gandhewa waja). Rama pun berhasil memboyong Shinta ke negara Ayodya.
Atas keberhasilan Rama memperistri Shinta, sang ayah – Prabu Dasarata – menyerahkan kekuasaan Ayodya kepada Ramawijaya. Keinginan Dasarata pun dihalang-halangi oleh Dewi Kekayi, garwa selir raja Ayodya itu. Keinginannya unutuk mengusir Rama terwujud, Rama bersama Shinta dan Raden Laksmana hidup di Hutan Dhandhaka selama 12 tahun.
Rama, Shinta, dan Laksmana hidup di Dhandhaka penuh dengan aral melintang. Dengan kebijaksanaan Rama, semua masalah yang ia hadapi dapat teratasi. Namun ada satu peristiwa yang nantinya akan menyebabkan perang besar antara Raden Rama dan Raden Dasamuka.
Raden Dasamuka sangat mencintai Shinta – titisaning Dewi Widawati. Ia menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan Dewi Shinta. Keinginannya untuk mendapatkan Dewi Shinta pun terwujud. Dengan kelicikannya, ia menculik Dewi Shinta dengan mengubah wujud menjadi nenek tua yang minta belas kasihan. Lingkaran ini dibuat untuk melindungi Shinta agar tidak mendapatkan bahaya, mengingat Laksmana diminta oleh Shinta untuk menyusul Rama. Shinta khawatir dengan Rama yang dimintanya untuk mengejar kidang kencana (jelmaan Kala Marica) yang amat cantik. Sekembalinya Rama dan Laksmana, Shinta sudah hilang.
Singkat cerita, Rama mengetahui bahwa pepujaning ati – Dewi Shinta – diculik oleh Dasamuka. Di tengah cerita Ia bersama Laksmana dibantu oleh Sugriwa merebut kembali Shinta. Berbagai peperangan pun tidak dapat dielakkan. Rama dibantu oleh Wibisana dsb merebut kembali Shinta.
Wadya bala Ngalengkadiraja pun habis, hanya Raden Dasamuka yang tersisa. Akhirnya ia perang tandhing melawan Raden Ramawijaya. Karena Ramawijaya titisaning Bathara Wisnu, ia berhasil mengalahkan Dasamuka dan merebut kembali Dewi Shinta. Untuk membuktikan kesucian Shinta, Rama meminta Shinta untuk  melakukan obong. Memang sudah menjadi pepesthen jodho, Shinta tidak terbakar. Rama dan Shinta pun hidup bahagia di negara Pancawati dengan dua orang putranya.
LANDASAN TEORETIS

Semiotik A. Teeuw
Teeuw (1983:12) mengatakan bahwa pada proses membaca, dalam hal ini memberi makna pada teks tertentu adalah proses yang memerlukan pengetahuan sisitem kode yang cukup rumit, kompleks, dan beraneka ragam.
Ada tiga buah kode yang harus dikuasai pembaca dalam memberi makna pada teks, yaitu sebagai berikut.
1.      Kode bahasa
Kode bahasa dapat dilihat pada penafsiran tata bahasa dan kosakata yang dipakai oleh penulis. Kode bahasa tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya pemahaman pada latarbelakang kebudayaan masyarakat tertentu.
Pada karya sastra, bahasa sehari-hari dapat diberi makna, misalnya dengan pemajasan. Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayaanbahasa, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukung, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat (Nurgiyantoro 1994:296).
Bentuk-bentuk perbandingan (pemajasan) dalam karya sastra adalah sebagai berikut.
a.       Hiperbola
Hiperbola merupakan cara penuturan yang bertujuan menekankan maksud dengan sengaja melebih-lebihkannya.
b.      Personifikasi
Personifikasi merupakan gaya bahasa yang memberi sifat-sifat benda mati dengan sifat-sifat  yang dimiliki manusia sehingga dapat bersikap dan bertingkah laku sebagaimana halnya manusia (Nurgiyantoro 1994:299).

c.       Metafora
Nurgiyantoro (1994:299) menyatakan bahwa gaya perbandingan yang bersifat tidak langsung dan implisit.
d.      Simile
Menurut Nurgiyantoro (1994:298), simile menyarankan pada perbandingan yang langsung dan eksplisit. Biasanya menggunakan kata-kata tugas, seperti: seperti, bagai, bagaikan, laksana, mirip, dsb.
e.       Sinisme
Majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
f.       Litotes
Majas litotes adalah majas yang diguankan untuk mengecilkan kenyataan dengan tujuan untuk merendahkan hati.
g.      Sinekdoke pars pro toto
Gaya bahasa yang tergolong gaya pertautan, mempergunakan sebagian untuk menyatakan keseluruhannya, disebut sinekdoke pars pro toto (Nurgiyantoro 1994:300).
h.      Sinekdoke totem pro parte
Nurgiyantoro (1994:300) berpendapat bahwa sinekdoke totem pro parte merupakan gaya bahasa yang mempergunakan keseluruhan untuk sebagian.

2.      Kode sastra
Dalam pembacaan kode sastra, pembaca harus memberi makna secara penuh pada urutan kata, pilihan kata, struktur kalimat, pemakaian bunyi dan unsur tata bahasa. Dari sekian penilaian sastra tidak dapat dipisahkan dari kode bahasa dan sastra.
Ragam atau aspek kode sastra menurut Teeuw (1983:17).
a.       Kode sastra tidak bisa lepas dari kode bahasa
Disini, konvensi makna bahasa banyak menghalang-halangi kebebasan bergerak sehingga perlu dihilangkan agar suatu teks lebih bebas.
b.      Bahasa dianggap sebagai kawan, bukan lawan
Bahasa sehari-hari merupakan sumber kekayaan sastra yang tidak habis digali (Teeuw 1983:18). Dalam bahasa sehari-hari yang tidak bermakna, dalam sastra akan diberi makna. Sedangkan bahasa yang memiliki makna, akan memiliki makna yang luar biasa.
c.       Sistem konvensi sastra tidak hanya ditentukan oleh kemungkinan, kelonggaran, dan pembatasan yang diberikan oleh sistem bahasa itu sendiri.
Sistem konvensi bahasa menentukan sifat karya sastra. Konvensi ini diperlukan untuk pemberian makna pada karya sastra. Jadi pemahaman perkembangan sastra dan sejarah ditentukan oleh sistem konvensi sastra.
d.      Karya sastra merupakan dunia yang otonom, tidak terikat pada dunia nyata dan tidak menunjuk pada dunia nyata, kecuali melalui makna unsur bahasa yang dipakai didalamnya.
e.       Dunia rekaan yang dibangun berdasarkan data bahasa karya sastra mempunyai relevansi, signifikansi.
f.       Konvensi universal truth, membicarakan masalah alur, plot sebuah tragedi.
Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mempunyai struktur yang konsisten dan koheren, dimana setiap bagian merupakan unsur esensial dan menempati tempat yang layak dan wajib.

3.      Kode budaya
Kode budaya merupakan latarbelakang kebudayaan pada tiap teks. Pengetahuan kode budaya ini dapat dilihat secara eksplisit maupun implisit pada teks yang dibaca.
Berdasarkan paparan Teeuw, penulis mengambil kesimpulan, dari ketiga kode tersebut di atas, kode bahasa, sastra, dan budaya tidak dapat dipisahkan. Untuk memahami kode budaya pada suatu karya sastra diperlukan pemahaman bahasa yang dipakai penulis. Apalagi kode sastra dan kode bahasa. Keduanya biasa disebut kode bahasa sastra yang saling terkait.



ANALISIS SEMIOTIK A. TEEUW

A.   Kode Bahasa
1.      Diksi
-          ..., Ki Lurah Togog dan mBilung segera mengambil langkah seribu.
# Mengambil langkah seribu berarti segera melarikan diri.
-          Tetapi justru dialah yang hendak menghabisi Paduka saat beristirahat.
# Kata menghabisi sama artinya dengan membunuh.
-          Sang Prabu Dasarat mempunyai seorang garwa permaisuri, ..., sang dewi disebut Kusumaning Ayu Dewi Ragu (Raghu).
# Garwa permaisuri dalam bahasa Jawa berarti istri pertama.
-          ... Dewi Trijatha memang jodho pinasthi Kapi Jembawan!
# Dalam petikan kalimat tersebut berarti Dewi Trijatha memang sudah ditakdirkan berjodoh dengan Kapi Jembawan.
-          “Itulah cara saya untuk mikul dhuwur mendhem jero.”
# Mikul dhuwur mendhem jero merupakan ungakapn dalam bahasa Jawa yang berarti menjunjung tinggi derajat orang tua.
-          Ragu masih belum terlihat tanda-tanda anggarbini.
# Anggarbini berarti hamil.
-          “Kanha Prabu!” ....
# Kanda Prabu adalah panggilan untuk suami, dalam hal ini panggilan seorang permaisuri kepada raja (suaminya).
-          Tapi jangan berbesar hati, ....
# Berbesar hati berarti senang, lega.
-          ... api identik dengan menghukum tanpa pandang bulu kepada siapapun yang bersalah.
# Menghukum tanpa pandang bulu, menghukum tanpa membeda-bedakan.
-          “..., maka saya hendak me-wisudha engkau sebagai ‘Pangeranpati’ Ngalengkadiraja! ....”
# Me-wisudha dalam bahasa Jawa berarti diangkat menjadi ‘Pangeranpati’.
-          “.... Oleh karena itu, jika Kanda Prabu hendak mengambil garwa selir, sungguh hamba tidak keberatan, Kanda Prabu! ....
# Garwa selir sama artinya dengan selir. Memilki istri lagi tana menceraikan garwa permaisuri.
-          Ketika Prabu Dasarata hendak meminang Dewi Kekayi sebagai garwa selir, ....
# Meminang berarti menikahi.
-           “Bagaimana saya bisa mempercayaimu bahwa Yayi masih dalam keadaan suci?”
# Maksud dari suci adalah masih perawan, masih terjaga.
-          ... Sang Prabu Dasarata memiliki putra yang titising Bathara Wisnu ....
# Titising Bathara Wisnu berarti keturunan Bathara Wisnu.
-          ..., lama-kelamaan naik pitam juga.
# Naik pitam berarti marah besar.
-          ..., ternyata ada udang dibalik batu!
# Ada udang di balik batu merupakan peribahasa yang memiliki arti ada maksut/tujuan tertentu di balik kebaikan yang diberikan.
-          ... ujar Prabu Dasarat dalam pasewakan agung di Ayodya, ....
# Pasewakan agung berarti pertemuan besar.
-          .... yang mengisyaratkan tumuruning Wahyu Jatmika di madyapada.
# tumuruning Wahyu Jatmika di madyapada berarti turunnya wahyu di dunia.
-          Setelah mendapat kesempatan menyatakan wigatining karsa, ....
# Wigatining karsa berarti keinginan yang sangat penting.
-           “Nuwun inggih sendika, Ramanda Prabu!” ....
# Perkataan di atas biasa dihaturkan kepada raja yang berarti kesediaan lawan tutur untuk menjalankan perintah raja.
-          segera tinggal glanggang colong playu.
# Tinggal glanggang colong playu berarti melarikan diri.
-          Namun, kebanyakan para raseksa itu tumpes tapis tanpa sisa!
# Tumpes tapis tanpa sisa berarti mati tak tersisa.
-          Setelah selesai ngemban jejibahan, ....
# Ngemban jejibahan berarti melaksanakan kewajiban.
-          Prabu Dasarata pun lukar busana keprabon, ....
# Lukar busana keprabon berarti berganti busana.
-          Tanggap ing sasmita Dewi Ragu, ....
# Tanggap ing sasmita berarti tahu apa yang harus dilakukan tanpa harus diminta atau disuruh.
-          Kedua satriya itu menyempatkan sowan terlebih dahulu ....
# Sowan biasa digunakan untuk menyebutkan bertamunya orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua.
-          Saya memang telah mendengar kabar burung dari para nayaka praja ....
# Kabar burung adalah kabar yang masih simpang siur. Ditandai dengan burung yang selalu terbang kesana-kemari.
-          ... para Pujangga bahwa ‘sabda pandhita ratu tan kena molah-malih’! ....
# sabda pandhita ratu tan kena molah-malih’, ungkapan Jawa yang memiliki makna amat dalam. Ungkapan ini memiliki arti bahwa perkataan raja/pimpinan harus di-ugemi, selalu berpegang teguh pada prinsipnya.
-          ... tanpa mendapatkan wejangan dan gemblengan Ramanda Prabu?! ....
# Wejangan berarti nasihat.
-          Usai penobatan Prabu Bharata, Prabu Dasarata segera manjing kedhaton untuk beristirahat!
# Manjing kedhaton berarti masuk ke keraton.
-          ..., Raja Ngalengkadiraja atau Alengkadiraja yang diam-diam selalu gandrung wuyung kepada Dewi Shinta.
# Dasamuka gandrung wuyung kepada Dewi Shinta, berarti Dasamuka jatuh cinta kepada Dewi Shinta.
-          Ibaratnya, ‘abang-ijo’-ne rakyat dan Negara Ayodya berada di tangan kedua satriya putra Prabu Dasarata itu!
# Abang yang berarti mati, dan hijau hidup.
-          Dengan menyebar telik sandi ke berbagai negara, ....
# Telik sandi berarti mata-mata.
-          Seolah-olah kamu jinak-jinak merpati!
# Sikap yang diibaratkan dengan merpati. Kadang ia mendekat dan kadang menjauh/terbang.

2.      Majas
a)      Hiperbola
-          Prabu Dasarata dikenal ratu sekti mandraguna jaya ing palagan (memiliki kesaktian yang tak pernah kalah di medan perang), putus saliring ngelmu (menguasai berbagai macam ilmu); ngelmu kaprajan (...); ngelmu kaprajuritan (...), dsb.
-          ... mendengarkan kata-kata Dewi Shinta seperti itu bagaikan mendengar halilintar di siang bolong.
-          Kereta perang yang dikusiri Patih Pulontani itu pun menjadi hancur lebur!
-          Sang Rahwana Raja benar-benar tak kuasa menahan gelora api cinta yang ada didalam hatinya, ....
-          “ Jika tidak, tentu dunia seisinya akan selalu menangis dan menjerit karena tak kuasa menyaksikan kejahatan ....”
-          ... keadaan istrinya yang kuru aking menahan derita panjang selama berada di Taman Soka Ngalengka.
-          Setelah sekian lama terbayang dalam lamunan dan ratapannya, ....
-          Duka nestapa makin dirasakan Prabu Dasamuka setelah mendengar kabar tewasnya adindanya yang gagah perkasa, ....
-          ..., terlihat kereta itu berjalan dengan kencang dengan suara pating jalerit.
-          ... Prabu Dasamuka berubah menjadi sawer maewu-ewu ....
-          Anak buah Narpati Sugriwa lari tunggang langgang.
-          “Wibisana akan saya cincang-cincang tubuhnya.”
-          ... lantaran empat ahli nujum seperti kehabisan nafas.
-          ..., kini gilirannya menjadi mendung hitam di atas Istana Ayodya.
-          ..., di bawah kepemimpinan Prabu Dasarata benar-benar gemilang, berada di puncak kejayaannya, harum mewangi bagi para raja lain, dan dicintai para kawula dasih (...).
-          Dengan hati berbinar-binar, ....
-          Prabu Dasarata hanya bisa mengucurkan air mata ....
-          Di saat situasi mencekam seperti itu, ....
-          Dewi Shinta membakar diri di tengah-tengah kobaran api yang mengalad-alad, ....
-          ... Prabu Dasamuka tertawa terkekeh-kekeh setelah berhasil menculik Dewi Shinta ....
-          Hal itu ditandai dengan sunaring jagad (...) terlihat sumeblak padhang njingglang!
-          Namun, kebanyakan para raseksa itu tumpes tapis tanpa sisa!
-          ..., mereka lebih memilih ambil langkah seribu kembali ke negaranya, Ngalengka.
-          Nampaknya, kegelisahan panjang Prabu Dasarata dapat terobati setelah terbetik suatu kabar ....
-          Di sana, ternyata telah berdatangan seribu Narendra (raja) dari berbagai negara.
-          Tepuk tangan pun membahana serta sorak sorai pun menggemuruh di alun-alun Mathilidirja seolah-olah memenuhi ruang angkasa.
-          Ketahuilah ini adalah gandhewa ‘Kiai Bargawa’ yang ampuhnya kagila-gila!
-          ... tak ada satu orang pun yang mampu mematahkannya.
-          ... Raja Manthilidirja disambut gegap gempita oleh Prabu Dasarata ....
-          ..., maka kondisi kejiwaan Prabu Dasarata menjadi tergoncang hebat; ....
-          Perjalanan ‘putra Ayodya’ itu diiringkan tetesan air mata yang seolah tiada henti, ....
-          ..., tetapi hanya isak tangis yang terlihat menyesakkan dada! ....
-          Hanya wajah seorang ibu saja yang terlihat berbinar-binar kegirangan ....
-          ..., tetapi rasa perasaan bersalah itu terus menghantuiku siang dan malam!
-          ... Prabu Dasarata sudah tak tahan lagi menghadapi rasa sakitnya yang telah menggerogoti tubuh dan jiwanya.
-           Sesekali, para penonton pun saling surak mawurakan ....
-          Tewasnya Dyan Indrajid tentu makin merobek-robek hati Prabu Dasamuka!
-          Putra kesayangan telah sirna tertembus pusaka ....
-          ..., Raja Ngalengka itu tetap seperti meronta-ronta ....
-          ... Raden Aswanikumba pun menjadi pecah seketika dengan memuncratkan darah segar!

b)     Personifikasi
-          ..., di antariksa terlihat ndaru pating calorot rebut sorot ....
# Membandingkan antara manusia yang bisa berebut sesutau dengan bulan. “ ... terlihat ndaru pating calorot rebut sorot” berarti bulan yang sangat terang.
-          Perjalanan ‘putra Ayodya’ itu diriingkan tetesan air mata yang seolah tiada henti, ....
# Kepergian putra Ayodya membuat sedih para rakyat Ayodya.
-          ... kendaraan atau jalan yang mengantarkan keselamatan bagi sang bapa atau ayah.
# Jalan yang mengantarkan keselamatan maksudnya, jalan kebaikan sehingga memberikan keselamatan untuk ayah.
-          Setelah keempat putra Prabu Dasarata tersebut menginjak remaja, ....
# Kata menginjak remaja berarti saat mulai remaja.
-          ..., anak panahnya tak henti-hentinya menerjang kepala maupun dada para yaksa!
# anak panahnya tak henti-hentinya menerjang kepala maupun dada para yaksa berarti anak panahnya selalu mengenai kepala maupun dada para yaksa!
-          ..., hati Prabu Dasarata diliputi suasana duka cita yang menyayat hati!
# Maksud dari penggalan kalimat diatas adalah Prabu Dasarata diliputi duka cita yang amat mendalam.
-          Tak tahunya Dewi Shinta pun melempar pandang kepada calon suami, sehingga kedua mata itu pun saling bertemu, saling menyapa, saling mengikat janji.
# Melempar pandang berarti melihat. Dewi Shinta melihat calon suaminya tanpa sengaja saat pertama kali bertemu.
-          ..., hati Prabu Dasarata makin tersendal.
# Hati makina tersendal, sama artinya dengan hati yang semakin terluka.
-          Matahari pun selalu menyemarakkan kehidupan dengan kehangatan, bahkan memberikan penerangan bagi makhluk hidup di muka bumi.
# “Menyemarakkan”, hanya bisa dilakukan oleh manusia. “Menyemarakkan” dalam kalimat ini berarti matahari memberikan kehangatan bagi makhluk hidup di muka bumi.
-          ... angan-angan yang diharapkan mampu membuka cakrawala diri secara istiqomah.
# Angan-angan yang mampu membuka cakrawala diri berarti angan-angan yang dapat membuat diri sendiri istiqomah.
-          ..., terlihat kereta itu berjalan dengan kencang dengan suara pating jalerit.
# Suara kereta pating jalerit maksudnya suara kereta yang amat keras, memekakan telinga.

c)      Metafora                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  
-          ... wadya wanara bersorak kegirangan karena telah mendapatkan kemenangan secara gemilang.     
# Mendapatkan kemenangan yang gemilang berarti kemenangan besar.                              
-          Semua hingar bingar dan larut dalam suasana pesta kebahagiaan yang sedang dirasakan ....
# Larut dalam suasana pesta, yakni menikmati pesta kebahagiaan.
-          Dengan hati berbinar-binar, ....
# Hati yang berbinar-binar berarti senang.
-          ... kami semua masih menyimpan dendam kesumat ....
# Menyimpan dendam kesumat berarti memiliki dendam.
-          ..., maka dari mulutnya seperti terdengar suara mengerang kesakitan secara lamat-lamat!
# Suara mengerang kesakitan berarti suara rintihan kesakitan.
-          ... di Hutan Dhandhaka menyambut ‘putra raja’ Ayodya itu dengan hangat.
# Menyambut dengan hangat, menyambut dengan ramah.
-          ... Yayi Laksmana menaruh hati kepada istri kakaknya sendiri!
# Menaruh hati disini berarti Yayi Laksmana jatuh cinta kepada istri kakaknya sendiri.
-          Nampaknya, kegelisahan panjang Prabu Dasarata dapat terobati setelah terbetik suatu kabar ....
# Terbetik suatu kabar berarti mendapatkan kabar.
-          Dalam benaknya ia terus ngompori kepada Dewi Shinta ....
# Ngompori yang merupakan benda untuk memasak diasumsikan dengan keinginan. Maksudnya keinginan yang besar untuk memanas-manasi.
-          ..., semoga Tuan bisa mengobati kerinduan saya kepada Raden ....
# Mengobati biasanya dipasangkan dengan penyakit. Kerinduan dianggap sebagai penyakit yang perlu disembuhkan.
-          ... Rama lagi-lagi berusaha mendinginkan suasana hati ayahandanya, ....
# Mendinginkan suasana hati berarti meredakan amarah ayahandanya.
-          ... dan menerima kenyataan semua ini dengan berbesar hati.”
# Berbesar hati dalam bahasa Jawa legawa, ikhlas.
-          Semua ini merupakan kenangan manis yang tak bisa dilupakan begitu saja.
# Kenangan manis berarti kenangan indah.
-          ..., tetapi rasa perasaan bersalah itu terus menghantuiku siang dan malam!
# Menghantui siang dan malam adalah selalu terbayang-bayang atas kesalahan yang telah diperbuat.
-          ... jabang bayi mungil perempuan; wajahnya bercahaya ....
# Wajah yang bercahaya adalah wajah yang bersih, memancarkan kebaikan.
-          ... istri Dewi Shinta serta para saudara disambut secara hangat oeh para ibu Ayodya ....
# Disambut secara hangat ebrarti disambut dengan ramah.
-          ... hati yang bersih atau suci, sehingga memantulkan keindahan dan kedekatan dengan Gusti Kang Akarya Jagad.
# Hati yang bersih atau suci akan memantulkan keindahan, maksudnya orang yang berhati baik akan terlihat indah.
-          Kedua ksatria tersebut digiring ke alun-alun Ngalengka untuk menjalani adu prang tandhing tiyasa ....
# Digiring yang biasanya digunakan untuk hewan, pada konteks ini disejajarkan dengan ksatria. Maksudnya diajak ke alun-alun.
-          “... maka saya pun bisa bertindak keras kepada Kakang Anoman.”
# Bertindak keras berarti bertindak kasar.
-          “... jangan diambil hati sikap putra hamba, ...”
# Jangan diambil hati, maksudnya jangan dipikirkan, dirasakan.



d)     Simile
-          ..., karena para putranya sangat tampan-rupawan bagaikan bulan purnama.
# Kalimat di atas memiliki makna bahwa putra-putranya sangat tampan layaknya bulan pernama yang sangat terang.
-          “Wah... kata-katanya seperti gludhug di siang bolong! ....
# Kata-katanya yang keras seperti halilintar.
-          ..., ibaratnya ‘pucuk dicinta ulam tiba’, ....
# Pucuk dicinta ulam pun tiba, peribahasa yang memiliki makna sesuatu yang diharapkan dapat terwujud.
-          ... Raden Rama dan Dewi Shinta ... bak pahlawan yang baru saja memenangkan pertempuran.
# Cuplikan kalimat di atas memiliki makna kerasnya usaha Raden Rama dan Dewi Shinta dapat terbayar. Layaknya menang dalam pertempuran sengit.
-          Wajah-wajah mereka seperti benang kusut, kucem, bahkan seperti tak beraura lagi.
# Wajah seperti benang kusut berarti wajahnya amat kusam.
-          ... mendengarkan kata-kata Dewi Shinta seperti itu bagaikan mendengar halilintar di siang bolong.
# Perkataan Dewi Shinta amat mengagetkan, seperti halilintar.

e)      Sinisme
-          “..., jangankan manusia biasa, sedang Dewa saja belum tentu bisa ngasorake yudane!”
# Mengejek seseorang yang dianggap sangat lemah karena kuatnya lawan.
-          “... Prabu Dasamuka saja berguru kepada ayahandaku, lalu apakah setimbang engkau berdua dengan kesaktianku?”
# Sugriwa meremehkan kekuatan kedua putra Prabu Dasamuka. Guru lebih hebat daripada muridnya.
-          “..., hadapilah aku secara kesatria!”
# Penutur merasa lebih hebat dan lawan ditantang untuk menghadapinya.
-          ... ”betapa bodoh dan dungunya diri saya ini!
# Penutur merendahkan diri sendiri dengan menganggap dirinya bodoh dan dungu karena tidak dapat memenuhi permintaan mitra tutur
-          Wajah-wajah mereka seperti benang kusut, kucem, bahkan seperti tak beraura lagi.
# Wajah para rakyat Ayodya sangat kusam hingga terlihat seperti benang kusut.
-          “Apakah engkau tidak menyadari bahwa drajad-mu yang hanya sebagai batur atau cantrik tidak setimbang dengan Dewi Trijatha ....
# Sugriwa mengatakan bahwa Kapi Jembawan yang hanya sebagai batur tidak pantas mendapatkan Dewi Trijatha, putri Raden Wibisana.
-          “... Tapi ketahuilah bahwa hidupmu di madyapada ini tidak lama lagi!”
# Dasamuka merasa bahwa ia akan memenangkan pertarungan melawan Ramayana, dan Ramayana akan mati.
-          “... Mana mungkin Dewi Shinta akan berkenan menerima seorang yang tidak ksatria seperti itu?”
# Dewi Trijatha mengatakan cuplikan di atas kepada Dasamuka. Dasamuka dianggap tidak ksatria karena tidak berani melawan Rama dengan berperang.
-          “Ternyata dua orang kembar putra Kumbakarna ini masih punya nyali juga!”
# Ketika naik pitam, Dasamuka marah kepada putra Kumbakarna yang baru menampakkan batang hidungnya.

f)       Litotes
-          “Sedang kondisiku sendiri sudah tak berdaya seperti ini.”
# Penutur merendahkan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa ia sudah kehabisan tenaga.
-          ..., ia seolah tak berdaya melihat kenyataan ....
# Penutur mengatakan bahwa ia tidak bisa melihat kenyataan pahit yang ada didepannya.
-           “Bagaimana mungkin hamba bisa mengawini Dewi Trijatha ..., sedang hamba hanyalah wanara seperti ini?!”
# Anoman merasa tidak pantas mendapatkan Dewi Trijatha, putri Raden Wibisana. Ia merasa Anoman hanya wanara.
-          “... perkenankanlah saya memberikan sesuatu yang barangkali akan bermanfaat dalam kepemimpinan Yayi Prabu.”
# Penutur merendahkan pemberiannya yang berupa jemparing kepada Prabu Ramayana. Jemparing tersebut sebenarnya sangat sakti.

g)      Sinekdoke pars pro toto
-          Karena yang dicarinya tidak terlihat batang hidungnya, ....
# Batang hidung berarti orangnya.

h)     Sinekdoke totem pro parte
-          “ Jika tidak, tentu dunia seisinya akan selalu menangis dan menjerit karena tak kuasa menyaksikan kejahatan ....”
# Dalam cuplikan kalimat diatas, terdapat kata “dunia seisinya” yang berarti rakyat Ayodya.

B.   Kode Sastra
1.      Setting
-          Negara Ayodya dikenal sebagai negara yang tata tentrem karta raharja (aman tentram lagi makmur), jembar jajahane (luas daerah kekuasaannya), dan adoh prabawane (besar pengaruhnya).
# Menggambarkan negara Ayodya yang aman tentram lagi makmur, luas daerah kekuasaannya, dan berpengaruh besar terhadap negara-negara lain.
-          Prabu Dasarata pun lukar busana keprabon lalu dengan pakaian santai merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur ....
# Menggambarkan Prabu Dasarata yang memikirkan sesuatu kemudian istirahat di tilam rum (tempat tidur).
-          Sementara, di Manthilidirja itu telah terpampang panggung tinggi, ....
# Digambarkan suasana lapangan tempat berlangsungnya sayembara yang diadakan Raden Janaka. Sayembara yang ditujukan untuk mencari menantu (suami Dewi Shinta) diikuti ribuan peserta.
-          ..., hanya saja ekspresi wajahnya terlihat sedih yang amat mendalam: ....
# Menggambarkan kesedihan Prabu Dasarata karena ditinggal oleh putranya, Ramayana.
-          Seperti suasana di malam hari yang gelap, remang-remang, sunyi senyap yang menggambarkan kesedihan ....
# Kesedihan Prabu Dasarata yang amat dalam karena Ramayana hidup di belantara. Hal ini disebabkan oleh janji Dasarata kepada Dewi Kekayi akan menjadikan Raden Bharata menjadi raja di Ayodya.
-          Dewi Shinta terlihat keluar dari padhepokan-nya seraya melihat kesana-kemari, ....
# Dewi Shinta panik, mencari-cari Rama yang tak kunjung datang.
-          ..., akhirnya Pancawati menjadi negara besar, adil-makmur, gemah ripah loh jinawi, karta tur raharja.
# Menggambarkan negara Pancawati yang makmur dan tentram atas kepemimpinan Prabu Ramawijaya.

2.      Alur
Alur cerita Ramayana dalam buku “Ramayana” karangan Wawan Susetya adalah alur maju. Alur maju dapat ditunjukkan dengan penceritaan yang terus maju, mulai dari Prabu Dasarata bertahta di Ayodya sampai Prabu Ramayana dan Dewi Shinta bersatu kembali.
Pada kejayaan Prabu Dasarata, beliau mendapatkan momongan dari Dewi Raghu, Prabu Ramayana – titisaning Bathara Wisnu. Raden Ramayana berjuang melawan hawa nafsu, menghadapi berbagai rintangan. Rintangan yang paling besar adalah ketika ia harus melawan Prabu Dasamuka, raja negara Ngalengka merebut Dewi Shinta yang telah diculik Dasamuka. Dan pada akhirnya Dewi Shinta dan Prabu Rama hidup bahagia, keduanya menjadi simbol cinta sejati.

3.      Tema
Tema yang diangkat dalam cerita Ramayana adalah tema percintaan. Dibawah ini dijelaskan cuplikan-cuplikan cerita yang menggambarkan adanya tema percintaan.
-          “.... Oleh karena itu, jika Kanda Prabu hendak mengambil garwa selir, sungguh hamba tidak keberatan, Kanda Prabu! ....
# Bukti cinta seorang garwa permaisuri kepada sang suami. Dewi Raghu mengizinkan Prabu Dasarata memiliki garwa selir agar memberikan keturunan.
-          Raden Rama kemudian menyempat melirik ‘putri sekar kedhaton’ .... Tak tahunya Dewi Shinta pun melempar pandang kepada calon suami, sehingga kedua mata itu pun saling bertemu, saling menyapa, saling mengikat janji.
# Kalimat diatas menunjukkan ketertarikan Rama ketika pertama kali melihat Dewi Shinta. Begitu pula dengan Dewi Shinta yang menaruh hati pada Raden Rama.
-          “Apakah kanda sudah lupa bahwa di antara kita sudah menjadi suami-istri, pasanga sehidup-semati! ..., betapa pun beratnya, hamba akan tetap mendampingi Kanda Rama. ....”
# Dari penggalan kalimat yang diucapkan Dewi Shinta menunjukkan kecintaan dan kesetiaan seorang istri terhadap suami. Dewi Shinta akan selalu mendampingi Raden Rama sampai kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun.
-          Lebih-lebih keadaan Prabu Dasarata makin hari makin memprihatinkan semenjak kepergian putra kesayangannya, ....
# Kesedihan Prabu Dasarata atas kepergian Raden Rama menunjukkan kecintaan seorang ayah terhadap buah hatinya.
-          ..., Raja Ngalengkadiraja atau Alengkadiraja yang diam-diam selalu gandrung wuyung kepada Dewi Shinta.
# Kata gandrung wuyung menunjukkan bahwa Raja Ngalengkadiraja – Prabu Dasamuka – jatuh hati dengan Dewi Shinta.
-          “... Raden Laksmana sedang langen asmara dengan tuan hamba ....”
# Langen asmara berarti memadu kasih. Dikonteks ini, Raden Laksmana – jelmaan Kapi Jembawan – dan Dewi Trijatha memadu kasih di keputren.
-          ... saya telah sakit branta! ..., semoga Tuan bisa mengobati kerinduan saya kepada Raden ....
# Dalam teks diatas menyiratkan kerinduan Dewi Shinta kepada suaminya, Raden Ramawijaya.

4.      Penokohan
a)      Prabu Dasarata
-            Prabu Dasarata dikenal ratu sekti mandraguna jaya ing palagan (memiliki kesaktian yang tak pernah kalah di medan perang), putus saliring ngelmu (menguasai berbagai macam ilmu); ngelmu kaprajan (...); ngelmu kaprajuritan (...), dsb.
# Prabu Dasarata dikenal sebagai raja yang sakti dan menguasai berbagai ilmu.
-            ... Prabu Dasarata juga selalu mungkul marga agama (...), mumpuni ing sastra (...), serta ulah kasarjanan (...).
# Prabu Dasarata adalah pribadi yang patuh dalam agama, menguasai kesusastraan, dan cerdas.

b)      Ramayana
-            ... Dewi Ragu melahirkan seorang putra yang pekik ing warna.
# Dewi Ragu melahirkan seorang anak laki-laki – Raden Rama – yang rupawan.
-            “... bukan tahta dan kedudukan tinggi yang hamba pikirkan, tetapi hamba lebih tertantang untuk memayu hayuning bawana, Ramanda!”
# Ramayana memiliki watak pengayom. Ia tidak memikirkan tahta dan jabatan, Rama hanya ingin menjaga, melestarikan, dan memakmurkan bumi.
-            ... Raden Rama telah berjanji kepada kepada Ibunda Dewi Kekayi ..., maka ia tidak serta merta tertarik begitu saja iming-iming saudaranya.
# Raden Ramayana selalu menepati janji, tidak mudah tergoda dengan iming-iming yang dberikan saudara-saudaranya.
-            Meski demikian, Raden Rama akhirnya memberikan jawaban bijak kepada Prabu Bharata.
# Raja Pancawati ini bijak dalam mengambil keputusan.
-            “Biarlah dia membuktikan kesetiaan dan kesuciannya dengan cara obong!”
# Rama tidak mudah percaya dengan perkataan orang lain, meskipun dengan istrinya sendiri.

c)      Dewi Shinta
-            ... Dewi Shinta yang terkenal sulistya ing warna (cantik jelita).
# Dewi Shinta adalah wanita yang cantik jelita.
-            “Apakah kanda sudah lupa bahwa di antara kita sudah menjadi suami-istri, pasangan sehidup-semati! ..., betapa pun beratnya, hamba akan tetap mendampingi Kanda Rama. ....
# Dewi Shinta adalah istri yang sangat setia terhadap suami. Ia bersedia menemani suami kapan pun.
-            ... Dewi Shinta mempersiapkan daun sirih dan enjet serta makanan untuk nenek tua yang tak lain Prabu Dasamuka.
# Dewi Shinta senang menolong dan pemurah.
-            Dengan ketulusan, ia justru mendekati nenek tua ....
# Putri Janaka ini tulus dalam menolong orang lain.

d)     Dewi Kekayi
-            Diam-diam, Dewi Kekayi merasa berbangga diri bahwa dirinyalah gambaran seorang ibu yang paling baik di dunia.
# Dewi Kekayi, garwa selir Prabu Dasarata yang sombong.

e)      Raden Wibisana
-            Raden Wibisana, ksatria yang berpandangan lurus dan jujur.
# Raden Wibisana cerdas dan jujur.

f)       Kidang kencana
-            Bulunya yang berwarna keunguan menambah daya tariknya tersendiri.
# Kidang kencana indah dengan bulu ungunya.

g)      Prabu Dasamuka
-            ... Prabu Dasamuka segera menyamar sebagai seorang nenek tua yang minta makanan ....
# Prabu Dasamuka orang yang licik.

C.   Kode Budaya
-          “.... Sebab, bagaimana pun juga, Kanda Prabu diharapkan memiliki keturunan sebagai penerus tahta Ayodya kelak!”
# Nilai budaya yang ada dalam teks adalah bahwa seorang raja harus memiliki keturunan anak laki-laki dari garwa permaisuri agar bisa mewariskan tahtanya.
-          ..., Prabu Dasarata ... mempersiapkan semua ubarampe untuk melaksanakan Sesaji Aswamedha.
# Sesaji Aswamedha dilaksanakan untuk mendapatkan momongan laki-laki dengan memberikan penghargaan dan membagi-bagikan rezeki kepada rakyat Ayodya.
-          Padahal, bagi seorang calon raja, ia harus memiliki istri terlebih dahulu!
# Kewajiban seorang anak raja agar bisa menggantikan tahta sang ayah harus beristri.
-          Konon kabarnya, ...: “Barangsiapa yang mampu menthang langkap Negeri Manthilidirja, maka dialah yang berhak memboyong Dewi Shinta, ....
# Pada zaman dahulu biasanya diadakan sayembara untuk mencari calon suami anak raja. Para peserta sayembara bukanlah rakyat biasa, namun juga kerabat keraton.
-          “ Nuwun inggih sendika dhawuh, Ramanda Prabu. ...”
# Budaya dalam keraton yaitu ketika para praja mendapat perintah dari raja, maka mereka akan mengatakan, “Nuwun inggih sendika dhawuh”.
-          Dan, karena Ananda Rama adalah lahir dari permaisuri Dewi Ragu serta ia yang paling tua di antara kalian semua, maka sudah sepantasnyalah jika Ananda Rama-lah yang kelak menggantikan tahta ayahanda.
# Dalam keraton, orang yang berhak menduduki tahta raja adalah anak laki-laki tertua dari garwa permaisuri.
-          ... para abdi dalem keputren melempar-lemparkan berbagai macam bunga yang harum mewangi sebagai ungkapan kasih sayang dan penghormatan kepada sang pangeran.
# Penaburan bunga di lingkungan keraton digunakan untuk menyambut kedatangan pangeran.
-          ..., maka Raden Rama beserta Dewi Shinta segera menghadap Prabu Janaka untuk meminta izin memboyong istrinya ke Ayodya.
# Budaya pada zaman dulu sama dengan budaya sekarang ini. Setelah menikah, sang pengantin putri diboyong ke rumah mertua (pengantin laki-laki).
-          ..., maka Prabu Janaka segera mengadakan acara prosesi pernikahan ... dengan pesta tujuh haru tujuh malam.
# Selama tujuh hari tujuh malam, para raja biasa merayakan pesta pernikahan putranya. Hiburan yang disajikan pun beraneka ragam.
-          ... para Pujangga bahwa ‘sabda pandhita ratu tan kena molah-malih’! ....
# ‘sabda pandhita ratu tan kena molah-malih’, ungkapan Jawa yang bermakna dalam. Seorang raja tidak boleh mencla-mencle, ngugemi apa yang telah dikatakan.
-          ...  Raden Laksmana mengucapkan sumpah sebagai wadat; yakni tidak menjalani pernikahan seumur hidup! ... tetapi juga dibuktikan dengan memotong kemaluannya sendiri!
# Sumpah (wadat) diucapkan oleh Raden Laksmana sebagai bukti kesungguhannya bahwa ia tidak ingin memiliki Dewi Shinta.
-          “Keinginanmu ingin ruwat menjadi manusia tidak bisa!”
# Budaya ruwat diartikan pembersihan diri dari segala sesuatu yang buruk. Ruwatan biasanya dengan ritual tertentu, misalnya menggelar wayang kulit. Ruwat pada konteks ini keinginan wanara agar bisa menjadi manusia biasa.
-          ... Raden Wibisana berusaha menggagalkan perkawinan antara ayah dengan putrinya sendiri.
# Dalam cuplikan kalimat di atas, makna yang terkandung adalah haram hukumnya seorang ayah menikahi anak perempuannya. Raden Wibisana berusaha menggagalkan keinginan Prabu Dasamuka.  



PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan analisis semiotik di atas dapat disimpulkan, dalam membaca cerita Ramayana karangan Wawan Susetya diperlukan pemahaman yang mendalam. Dalam teks cerita ini  bahasa yang digunakan bukanlah bahasa sehari-hari. Adapun kode-kode yang harus dipahami pembaca meliputi kode bahasa (pemajasan dan diksi), kode sastra (alur, tema, penokohan, dan setting), dan kode budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Susetya, Wawan. 2007. Ramayana. Yogyakarta: Narasi.
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar